Masalah Otentisitas (Kritik Ekstern)

Masalah Otentisitas (Kritik Ekstern)

Dalam penulisan sejarah biasanya sejarawan akan melakukan otensitas terhadap suatu sumber sejarah yang telah atau baru ditemukan. Dan dalam melakukan otoritas tersebut sering terjadi masalah yang timbul karena sering terjadi pemalsuan oleh segolongan atau sekelompok orang yang mempunyai alasan yang kuat agar sumber tersebut tidak boleh diketahui oleh orang lain atau masyarakat luas. Penulis juga dalam melakukan penelitian untuk tulisannya selalu menggunakan wawancara atau tehnik lain berupa karya-karya si tokoh tersebut yang selalu dipalsukan untuk tujuan tertentu. Di dalam penulisan sejarah juga terdapat penghalusan kata seperti yang terjadi di Babat Tanah Jawa atau karya sejarah lainnya. Keotentikan sebuah sumber sangat mempengaruhi karya-karya si penulis.
Sedangkan untuk pengarang, sejarawan harus menidentifikasi terhadap tulisan tangan, tanda tangan, meterai, dan jenis huruf atau watermerk. Dan bila tulisan tangannya tidak di kenal, maka salah satu kebutuhan yang diperlukan atau yang tidak dapat terpenuhi yaitu dengan jalan yang biasa orang Perancis sebut Isografi yaitu kamus biografi yang memberikan contoh tulisan tangan. Di dalam sumber-sumber yang dikatakan palsu biasanya akan terjadi pengurangan atau penambahan kata yang terdapat pada sumber asli dengan alasan sumber yang asli tersebut telah hilang. Penambahan atau pengurangan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mengetahui persis dokumen tersebut dan yang asli hilang. Dengan alasan tersebut penulis menjabarkan isi dari dokumen tersebut da juga alasan yang masuk akal adalah agar generasi berikutnya dapat mengetahui dokumen tersebut. Usaha untuk menetapkan suatu dokumen yang disebut sebagai turunan atau dokumen palsu oleh ahli filologi disebut kritik teks.
Dalam penulisan sejarah, sejarawan sangat memerlukan ilmu bantu sejarah yang akan mempermudah kinerja sejarawan itu sendiri. Seperti ahli Arkeologi yaitu dengan memberikan informasi tentang artefak yang mereka temukan. Dan juga ada ilmu-ilmu lain seperti ilmu Numismatik yang mempelajari mata uang pada zaman dulu, Sfragistik yang mempelajari tentang meterai, Heraldik dan Genealogi yang mempelajari tentang lambang-senjata dan silsilah suatu dinasti, dan ilimu-ilmu lainnya. Kronologi sebagai Ilmu Bantu yaitu agar mempermudah para sejarawan dalam menghadapi masalah pengukuran waktu. Ahli Kronologi biasanya dapat menerangkan dan menterjemahkan sebuah langgam yang ada pada dokumen tertentu. Yang selanjutnya adalah Penyimpangan di Antara Sumber-Sumber seperti yang sudah saya sampaikan diatas bahwa berkemungkinan besar suatu dokumen disimpangkan menurut kehendak si penulis dan adanya faktor tentang yang menjadi penguasa pada masa tersebut, itulah yang paling berpengaruh.
Masalah Arti: Semantik yaitu penullis harus melakukan pemaknaan pada setiap kata-kata pada suatu dokumen dan menuntut penggunaan kamus untuk mecari makna dari setiap kata-kata tersebut. Dan juga sejarawan dituntut menggunakan semua pengetahuannya mengenahi periode dan saksi. Masalah Arti: Hermeneutik digunakan apabila penulis menjumpai bahasa yang diragukan maknanya. Bahasa yang diragukan tersebut biasanya merupakan sebuah kiasan atau penghalusan kata. Historical-mindedness yang sangat terkait dengan Semantik dan Hermeneutik tentang prilaku pada latar belakang jamannya atau sejarahnya. Kemampuan untuk menempatkan diri di tempat individu lain dari jaman lain dan kemampuan menafsirkan dokumen, peristiwa, personalitas dengan pandangannya, ukurannya dan simpatinya yaitu Historical-mindedness dan hubungannya sangat erat seperti dalam psikologi adalah empathi dan intuisi. Identifikasi daripada Penulis dan Tanggal yang berupa penerkaan mengenai tanggal kira-kira tentang dokumen dan suatu identifikasi yang menurut dugaan adalah penulis.     

Reference:
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah, penerjemah Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar